Apa itu HIV dan AIDS ?
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh yang dapat melemahkan kemampuan tubuh melawan infeksi dan penyakit.
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kondisi di mana HIV sudah pada tahap infeksi akhir. Ketika seseorang sudah mengalami AIDS, tubuh tidak lagi memiliki kemampuan untuk melawan infeksi yang ditimbulkan.
HIV yang tidak segera ditangani akan berkembang menjadi kondisi serius yang disebut AIDS (acquired immunodeficiency syndrome). AIDS adalah stadium akhir dari infeksi HIV. Pada tahap ini, kemampuan tubuh untuk melawan infeksi sudah hilang sepenuhnya. Penularan HIV terjadi melalui kontak dengan cairan tubuh penderita, seperti darah, sperma, cairan vagina, cairan anus, serta ASI. Perlu diketahui, HIV tidak menular melalui udara, air, keringat, air mata, air liur, gigitan nyamuk, atau sentuhan fisik. HIV adalah penyakit seumur hidup. Dengan kata lain, virus HIV akan menetap di dalam tubuh penderita seumur hidupnya. Meski belum ada metode pengobatan untuk mengatasi HIV, tetapi ada obat yang bisa memperlambat perkembangan penyakit ini dan dapat meningkatkan harapan hidup penderita.
BNN : HIV dan AIDS di Indonesia
Menurut laporan Badan Narkotika Nasional (BNN), sepanjang 2022 ada 62.856 kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) di Indonesia. Rinciannya, 9.901 kasus AIDS dan 52.955 kasus HIV.
Laki-laki mendominasi kasus HIV dan AIDS di Tanah Air. Jumlah kasus HIV pada laki-laki sebanyak 31.218 kasus atau setara 58,95% dari total kasus HIV di dalam negeri. Di sisi lain, jumlah kasus HIV perempuan 21.737 kasus, dan yang gendernya tidak diketahui 0 kasus. Adapun jumlah kasus AIDS pada laki-laki mencapai 7.375 kasus, atau setara 74,48% dari total kasus AIDS di Indonesia pada 2022. Sementara, kasus AIDS perempuan 2.521 kasus, dan gendernya tidak diketahui 5 kasus. BNN melaporkan, mayoritas kasus HIV dan AIDS di Indonesia pada 2022 ditularkan melalui hubungan homoseksual, yaitu sebanyak 17.983 kasus. Faktor risiko penularan terbesar berikutnya adalah melalui hubungan heteroseksual yaitu 12.072 kasus.
Kemudian, penularan HIV dan AIDS di Indonesia juga melalui transfusi pranatal 7.310 kasus, jarum suntik tidak streril 351 kasus, hubungan biseksual 189 kasus, faktor risiko lainnya 12.324 kasus, serta faktor yang tidak diketahui 12.611 kasus.
Kemenkes : HIV di Indonesia
Kementerian Kesehatan melaporkan kasus HIV/AIDS di Indonesia masih terbilang tinggi. Kemenkes memprediksi ada 500 ribu lebih kasus HIV yang tercatat hingga September 2023. Berdasarkan jumlah kasus estimasi sampai September 2023, tercatat ada 515.455 orang dengan HIV (ODHIV) di RI. Dari total tersebut, sebanyak 454.723 orang atau sekitar 88 persen di antaranya sudah terdeteksi atau mengetahui status HIV dirinya.
Adapun usia terbanyak pengidap HIV adalah 25 sampai 49 tahun, sekitar 69,9 persen dari total kasus tersebut. Kemudian usia terbanyak kedua adalah 20-24 tahun atau sekitar 16,1 persen, usia di atas 50 tahun sekitar 7,7 persen, serta usia remaja 15-19 tahun sekitar 3,4 persen.
Penyebab HIV dan AIDS
Di negara Indonesia, penyebaran dan penularan HIV paling banyak disebabkan melalui hubungan intim yang tidak aman dan bergantian menggunakan jarum suntik yang tidak steril saat memakai narkoba. Seseorang yang terinfeksi HIV dapat menularkannya kepada orang lain, bahkan sejak beberapa minggu sejak tertular. Semua orang berisiko terinfeksi HIV.
Pencegahan HIV dan AIDS Faktor Risiko HIV dan AIDS
- Kelompok orang yang lebih berisiko terinfeksi, antara lain:
- Orang yang melakukan hubungan intim tanpa kondom, baik hubungan sesama jenis maupun heteroseksual.
- Mereka yang sering membuat tato atau melakukan tindik.
- Orang yang terkena infeksi penyakit seksual lain.
- Pengguna narkotika suntik.
- Orang yang berhubungan intim dengan pengguna narkotika suntik.
Gejala HIV dan AIDS
Gejala HIV dan AIDS tergantung pada tahap mana orang tersebut terinfeksi.
Tahap Pertama:
- Tidak menimbulkan gejala apapun selama beberapa tahun.
- Pengidap akan mengalami nyeri mirip, seperti flu, beberapa minggu setelah terinfeksi, selama satu hingga dua bulan.
- Timbul demam, nyeri tenggorokan, ruam, pembengkakan kelenjar getah bening, diare, kelelahan, nyeri otot, dan sendi.
Tahap Kedua:
- Umumnya, tidak menimbulkan gejala lebih lanjut selama bertahun-tahun.
- Virus terus menyebar dan merusak sistem kekebalan tubuh.
- Penularan infeksi sudah bisa dilakukan pengidap kepada orang lain.
- Berlangsung hingga 10 tahun atau lebih.
Tahap Ketiga:
- Daya tahan pengidap rentan, sehingga mudah sakit, dan akan berlanjut menjadi AIDS.
- Demam terus-menerus lebih dari sepuluh hari.
- Merasa lelah setiap saat.
- Sulit bernapas.
- Diare yang berat dan dalam jangka waktu yang lama.
- Terjadi infeksi jamur pada tenggorokan, mulut, dan vagina.
- Timbul bintik ungu pada kulit yang tidak akan hilang.
- Hilang nafsu makan, sehingga berat badan turun drastis.