Bahaya Radikal Bebas, Pemicu 9 Penyakit Kronis
Sebagian besar masyarakat mengenal radikal bebas adalah zat yang berasal dari luar tubuh yang bisa menimbulkan berbagai macam penyakit. Padahal radikal bebas juga merupakan dari proses alami yang terjadi di dalam tubuh.
Apa Itu Radikal Bebas?
Perlu Anda ketahui, saat tubuh menggunakan oksigen, sekitar 1-2 persen sel-sel akan menjadi rusak yang kemudian menjadi radikal bebas. Radikal bebas adalah sebutan untuk sel-sel rusak yang dapat menyebabkan kondisi negatif tertentu. Tidak hanya merusak sel lain, radikal bebas juga bisa merusak DNA yang menjadi benih tumbuhnya penyakit. Radikal bebas dikaitkan dengan penyakit manusia, termasuk kanker, aterosklerosis, penyakit Alzheimer, penyakit Parkinson, dan banyak lainnya.
Perlu Anda ketahui juga, zat yang menghasilkan radikal bebas dapat ditemukan dalam makanan, obat-obatan, udara yang Anda hirup, hingga air yang Anda minum. Hal penting lainnya dari radikal bebas yang harus Anda tahu adalah radikal bebas hanya memilki satu elektron dan akan menarik elektron dari molekul dalam tubuh, saat molekul tersebut ditarik maka akan berubah menjadi radikal bebas. Banyaknya radikal bebas di dalam tubuh inilah yang menjadi penyebab kerusakan sel. Jika radikal bebas dalam tubuh terlalu banyak hal itu akan membuat tubuh mengalami stres oksidatif. Ini adalah kondisi di mana pertahanan antioksidan kalah jumlah dibanding radikal bebas.
Dari mana radikal bebas berasal?
Radikal bebas dibentuk oleh tubuh dari berbagai proses termasuk metabolisme zat gizi dan hasil dari respon sistem kekebalan tubuh. Bahan dasar dari radikal bebas bisa berasal dari 2 sumber yaitu endogen (dari dalam tubuh) dan eksogen (dari luar tubuh).
Sumber radikal bebas dari dalam tubuh bisa dikarenakan autoksidasi, oksidasi enzimatik dan respiratory burst, sedangkan sumber radikal bebas berasal dari makanan dan air yang terkontaminasi racun, minuman keras, polusi udara, radiasi UV, sinar-X, pestisida dan asap rokok.
Radikal bebas diperlukan saat seseorang mengalami infeksi dan bisa membunuh mikroorganisme penyebab infeksi tersebut. Paparan radikal bebas yang terjadi pada seseorang secara berlebihan dan terus-menerus, dapat menyebabkan kerusakan sel serta mengurangi kemampuan sel untuk beradaptasi terhadap lingkungannya lalu pada akhirnya menyebabkan kematian sel. Berkurangnya kemampuan adaptasi sel inilah yang nantinya menimbulkan gangguan atau penyakit.
DAMPAK RADIKAL BEBAS
Agar fungsi fisiologis berjalan dengan baik, perlu adanya keseimbangan antara kadar radikal bebas dan antioksidan dalam tubuh, namun jika kadar radikal bebas melampaui kemampuan tubuh untuk mengelolanya, maka akan timbul kondisi yang disebut stres oksidatif (oxidative stress). Radikal bebas dapat menyerang dan menyebabkan kerusakan pada berbagai sel tubuh. Asam nukleat, lipid, dan protein adalah unsur-unsur yang bisa terkena dampaknya.
Timbulnya stres oksidatif
Dampak buruk radikal bebas yang paling umum terjadi adalah stres oksidatif. Hal tersebut merupakan sebuah keadaan di mana tidak seimbangnya produksi radikal bebas dan antioksidan. Di sisi lain, timbulnya stres oksidatif juga berkaitan dengan adanya kerusakan protein, lipid, serta asam nukleat. Stres oksidatif juga berpotensi melemahkan sel serta jaringan hidup, dan akan membuat tubuh menjadi rentan dengan berbagai masalah kesehatan. Ada beberapa gejala stres oksidatif antara lain kelelahan, sakit kepala, sensitif dengan kebisingan, hilangan ingatan, nyeri otot, nyeri sendi, muncul kerutan, rambut beruban, gangguan penglihatan, dan kekebalan tubuh melemah.
Timbul masalah pada kulit
Sifat dari radikal bebas yaitu reaktif. Dengan sifat tersebut, radikal bebas dapat merusak kulit. Hal ini bisa terjadi, saat molekul sedang mencoba menarik elektron dan bertujuan menstabilkan diri mereka. Selain itu, radikal bebas juga akan menyebabkan kerusakan pada DNA kulit dan menyebabkan sel-sel baru tumbuh namun kurang tepat, bahkan dapat berakhir dengan penuaan dini.
Kerusakan sel
Pada umumnya, sel jaringan organ tubuh memiliki kemampuan untuk menangkal serangan radikal bebas. Namun seiring peningkatan usia, degradasi alami dan rangsangan untuk membentuk radikal bebas dari lingkungan, kerusakan jaringan oleh radikal bebas tidak bisa dihindari. Seperti paparan sinar matahari berlebihan dapat menyebabkan kerusakan oksidatif pada sel-sel kulit. Selain itu, radikal bebas juga dapat menyerang organ dalam seperti paru-paru akibat radikal bebas dari rokok.
Kerusakan pada DNA
Dampak buruk radikal bebas selanjutnya bisa menimbulkan kerusakan DNA. Kerusakan DNA dapat terjadi jika terdapat lesi pada susunan molekul. Apabila tidak segera ditangani dengan tepat maka akan menyebabkan adanya mutasi. Sebab radikal bebas mengambil elektron dari sel tubuh manusia, kemudian akan merubah struktur DNA dan menyebabkan mutasi. Jika perubahan DNA terjadi bertahun-tahun, maka bisa menjadi penyebab kanker.
Penyakit kronis
Ada beberapa penyakit kronis yang disebabkan dari dampak buruk radikal bebas. Beberapa di antaranya yaitu katarak, jantung, turunnya fungsi ginjal, serta kanker. Penyakit kronis tersebut biasanya baru muncul setelah bertahun-tahun radikal bebas menyerang tubuh.
Pembuluh darah mengalami penyempitan
Aterosklerosis atau penyempitan pembuluh darah merupakan salah satu dampak paling mematikan dari adanya radikal bebas. Adanya penumpukan plak pada pembuluh darah terjadi ketika lapisan sel pada dinding dalam arteri yang memiliki tugas menjaga kelancaran aliran darah justru mengalami kerusakan. Plak itu sendiri berasal dari zat lemak, fibrin (zat dalam darah), kolesterol, dan kalsium.
Penuaan dini
Salah satu dampak buruk radikal bebas yang paling umum diketahui adalah penuaan dini. Radikal bebas dapat menyebabkan hilangnya elastisitas jaringan kolagen serta otot yang menyebabkan kulit menjadi tampak keriput, bahkan dapat muncul bintik-bintik pigmen kecokelatan pada bagian kulit yang merupakan timbunan sisa pembakaran di dalam sel.
Kerusakan jaringan
Kerusakan jaringan ini merupakan bagian dari proses terjadinya penuaan, seperti hilangnya elastisitas jaringan kolagen dan otot yang membuat kulit tampak keriput, atau muncul bintik-bintik pigmen kecoklatan di kulit yang merupakan timbunan sisa pembakaran dalam sel.
Berdampak buruk pada rambut
Kemudian dampak buruk radikal bebas yang terakhir yaitu adanya perubahan penampilan terutama pada bagian rambut. Sebab radikal bebas bisa menyebabkan rambut menjadi beruban, rontok, hingga rambut mengalami perubahan pada teksturnya.
Cara Mencegah Dampak Buruk Radikal Bebas
Agar terhindar dari berbagai dampak buruk radikal bebas, maka perlu bantuan antioksidan. Antioksidan sendiri merupakan sebuah molekul yang ada di dalam sel dan akan mencegah radikal bebas mengambil elektron yang bisa menyebabkan kerusakan. Sebenarnya, di tubuh manusia dapat menghasilkan antioksidan sendiri. Namun sayang jumlahnya tidak mencukupi. Itulah mengapa, untuk mencukupi antioksidan yang ada dalam tubuh, diperlukan asupan antioksidan tambahan seperti glutathione.
Glutathion (bahasa Inggris: glutathione, GSH) adalah tripeptida intraselular berbentuk Gamma-Levo-glutamil-L-sisteinil-glisina, dengan berbagai kegunaan, antara lain, detoksifikasi, antioksidan, pemeliharaan status tiol dan modulasi proliferasi sel. GSH biasanya berbentuk molekul reduksi tiol yang disebut GSH, dan bentuk disulfida teroksidasi. Konsentrasi GSH tertinggi terdapat di dalam hati.
GSH telah dikenal sebagai kofaktor anti-oksidan terhadap spesi oksigen reaktif dan senyawa lipid hidroperoksida, dengan enzim glutathion peroksidase dan golongan glutathion s transferase (GST). Meskipun beberapa spesi reaktif dapat membentuk adduct secara langsung terhadap GSH, umumnya reaksi adduct tersebut terjadi dengan senyawa GST sebagai katalisator.
GSH merupakan senyawa berjenis thiadiazabicyclo-ONE-GSH (TOG) yang merupakan adduct GSH dengan 4-hydroperoxy-2(E)-nonenal (ONE) merupakan produk terbanyak yang terbentuk sepanjang stres oksidatif yang dimediasi oleh Fe(II) atau peroksida pada sel endotelial, kedua jenis senyawa TOG merupakan adduct GSH dengan asam dioksododesenoat dan asam dioksooktenoat, dua senyawa yang diturunkan dari terminus karboksi lipid hidroperoksida.
Glutathione disebut juga The Mother of All Antioxidants (induk dari semua antioksidan). Pertama kali Glutathione diperkenalkan di Indonesia oleh Glutera mulai awal tahun 2012. Yang pada saat itu banyak masyarakat sangat awam tentang glutathione. Bahkan artikel artikel tentang glutathione yang berbahasa indonesia saat ini, banyak diambil dari situs resmi Glutera.